Tadi sore sekitar pukul 4 salah seorang teman memberi kabar via BBM. Oh dia sudah hamil 6 minggu dan dengan hebohnya teman saya ini bertanya banyak hal seputar kehamilan. "Gimana rasanya tendangan pertama dari si janin?", "Gimana rasanya perut membesar?", "Umur berapa mulai ikut prenatal yoga?", "Gimana rasanya kontraksi?", blablabla. Wah jadi inget saat-saat hamil pertama sampai melahirkan si Taka dulu. Ngilu-ngilu bahagia gitu deh..
Kehamilan saya terjadi hanya 1 bulan setelah menikah. Sebenarnya diluar rencana karena saya dan suami pengen punya anak 2 tahun setelah menikah, mengingat kondisi kami yang waktu itu belum mapan sama sekali (sekarang juga belum,ding). Yah, karena jam kerja saya dan suami yang hampir selalu overtime dan kondisi jiwa dan raga kami yang selalu dilanda kelelahan, ditambah gaya hidup yang kurang sehat membuat saya berfikir kalau kesempatan untuk hamil juga masih jauh. Namun memang benar-benar kuasa Tuhan ya, banyak pasangan yang ingin cepat punya momongan, ke dokter kandungan dengan segala program hamilnya, menunggu hingga bertahun-tahun. Ada yang saking pengennya sampai program bayi tabung. Saya, dengan segala kekurangan dan ketidak-siapan saya malah diberi anugerah ini begitu cepat. Kaget. Bahagia luar biasa tapi disaat yang sama bingung tidak karuan karena tidak siap secara mental.
Tidak lama setelah saya dinyatakan positif hamil oleh dokter, saya mengajukan surat resign. Keputusan yang sebenarnya berat mengingat saya baru beberapa bulan bergabung di perusahaan tempat saya bekerja. Saya adalah tipe orang yang jika sudah konsen dengan pekerjaan akan lupa segalanya. Jadilah saya sering kena maag karena jadwal makan yang berantakan. Namun kondisi ini sulit saya hindari. Ditambah mual sepanjang hari di trimester pertama yang membuat saya mabuk seharian tak berdaya. Jadilah saya merusak track record saya dengan pengajuan resign. Demi kamu dedek di perut, huhuhu.
Mual-mual ini saya alami sepanjang hari sampai di bulan kelima kehamilan. Berat sudah turun 4kg, dan darah rendah yang saya derita membuat saya hanya terbaring sepanjang hari dan jalan sesekali saja. Itupun langsung membuat mata berkunang-kunang hampir pingsan jika berjalan agak lama. Nikmat sekali saudara-saudaraku.
Masuk di bulan kelima mual mereda, nafsu makan mulai menggelora. Saya berhasil menaikan berat badan sekitar 10kg di trimester II. Tapi darah rendah masih dong. Buat saya ini bulan yang paling sedap dalam kehamilan pertama saya. Mual hilang, badan lebih segar, tendangan si dedek pun sudah berasa di perut.
Masuk ke bulan kesembilan badan makin melar dong, tapi badan saya masih mulus tanpa stretchmark (bangga), yang kemudian hari baru muncul setelah saya melahirkan, dari perut ke lutut cyin! Saya belum pernah merasakan kontraksi palsu, dan kehamilan saya ini pun overdue. Minggu ke-40 si dedek masih betah di perut. Akhirnya si dedek dipancing dengan induksi.
Tanggal 15 Maret 2014 pukul 1 siang di RSKIA Sadewa Jogja saya menjalani prosedur induksi dengan metode memasukan obat ke dalam vagina. Belum terasa apa-apa. Masih bisa bercanda dengan suami. Masih jalan mondar mandir juga. Pukul 5 sore induksi kedua. Belum ada kontraksi juga. Bukaan juga belum. Masih bisa ngobrol-ngobrol, makan juga masih lahap.
Pukul 7 malam perut mulai mengencang. Oh ini rasanya kontraksi...
Bukaan dicek masih di angka 1. Sekarang ngobrolnya agak pelan, soalnya perut makin mules. Makin lama jeda kontraksi makin pendek. Dan saya sangat mual. Kemudian muntah. Oke, pada tahap ini masih bisa ngobrol dikit-dikit. Sekitar pukul 9 malam induksi untuk ketiga kalinya. beberapa saat kemudian saya sudah mengalami kontraksi dasyat tanpa jeda. Sekarang sudah tidak bisa ngobrol sama sekali. Suami mulai kebingungan, kemudian menelepon orang tua saya untuk datang menemani. Bukaan dicek. Masih bukaan 1 pemirsah!! Wah ini makin lama makin dasyat. Sekarang saya baru mengerti kenapa orang bilang melahirkan itu bertaruh nyawa. Beberapa saat kemuadian orang tua saya datang. Saking nikmatnya merasakan kontraksi yang tidak terputus mata saya menatap kosong, mulut menganga. Yah memang seperti itulah saya waktu itu. Bukaan teratur dicek dan masih bukaan 1. Hmm setau saya kontraksi di bukaan 1 masih ada jedanya, tapi ini kok....Dalam hati mulai panik. Tidak sempat panik terlalu lama tiba-tiba perut saya seperti mengejan sendiri, tidak dapat dikendalikan. Bagian melahirkan yang menurut saya cukup sulit adalah bagian ini. Menahan perut yang mengejan, padahal beneran deh itu diluar kendali saya. Kemudian ketuban pecah. Itu semua terjadi di bukaan 1. Luar biasa.
Dengan kondisi saya yang sedemikian rupa namun tetap di bukaan 1, saya dipindahkan dari ruang rawat inap ke ruang bersalin pada sekitar pukul 1.20 pagi. Dibawa dengan kursi roda. Begitu masuk ruang bersalin bukaan kembali dicek. Dan saya sudah bukaan lengkap. Jadi dari siang sampai malam bukaan 1 dan hanya dalam beberapa menit saja jadi bukaan 10 ketika sampai ruang bersalin. Entahlah tapi saya lega karena sudah bisa memasuki tahap akhir. Saatnya mengejan!! Dengan aba-aba dari bu dokter, hanya sebentar saja si dedek langsung brojol pada pukul 1.49. Kok tidak ada suara tangisan ya? Saya hanya sempat melihat belakang kepala dan punggungnya saja kemudian anak saya langsung dibawa pergi. Hilang sudah kesempatan IMD. Hanya suami yang bisa melihat karena mengadzankan anak saya. Saya diberi kabar jika anak saya dalam keadaan kritis dan mengalami infeksi. Saya sendiri mengalami pendarahan. Rahim tidak mengecil. Hancurlah hati saya ini. Baru 2 hari kemudian saya bisa bertemu dengan anak saya di ruang bayi (belum bisa dirawat sekamar). Dokter bilang sebenarnya kondisinya sudah sangat lemah, namun anak saya berusaha bertahan (mungkin penasaran mau ketemu bundanya).
![]() |
| Taka sehari setelah dilahirkan. Selang dimana-mana. Bertahan,Nak! |
Syukur kondisi anak saya dan saya sendiri berangsur pulih. Seminggu kemudian sudah boleh pulang. Dan perjuangan dimulai. Dengan pengetahuan parenting yang minim, hanya berbekal buku dan internet saya mulai memasuki babak baru sebagai mami muda. Cerita tentang mengasuh si New Born Taka bisa dibaca disini. Yang pasti saya benar-benar bersyukur Taka menjadi anak yang sehat dan sangat aktif, mengingat kondisinya dulu. Semoga anak-anak kita selalu sehat dan ceria ya :)
![]() |
| Menjadi bayi aktif dan sehat 5 bulan kemudian |


Tidak ada komentar:
Posting Komentar